Salatiga – Humas | Ada hal yang menarik pada Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 hari ini di Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga. Upacara dilakukan dengan mengenakan Pakaian Adat Nusantara. Ada banyak pakaian daerah yang dikenakan oleh peserta upacara diantaranya berasal dari daerah Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, DKI Jakarta, bahkan dari Papua.
Ada satu pakaian adat yang cukup menarik untuk dibahas yaitu pakaian adat dari Yogyakarta yang dikenal dengan nama “Surjan”, seperti yang dikenakan oleh Heri Kurniawan, M.E. Dosen sekaligus Humas dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Konon kabarnya, pakaian ini didesain oleh Sunan Kalijaga untuk pertama kalinya. Kata “Surjan” sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu “sirajan” seperti yang terkandung dalam Al Qur’an Surat Al Ahzab ayat 46. Pada ayat tersebut, terdapat frasa “sirajan munira” yang bermakna cahaya yang menerangi. Kata sirajan sendiri berarti pelita atau dalam bahasa jawa “pepadhang” sementara kata munira mengandung arti yang menyinari.
Tidak berhenti di situ, Surjan memiliki motif garis lurus yang sejajar, hal ini melambangkan kata “furqan” atau dalam bahasa Indonesia berarti pemisah atau pembeda. Maksud dari Sang Sunan adalah Surjan merupakan pakaian yang melambangkan batas atau pemisah antara kebaikan dengan keburukan.
Pada baju Surjan terdapat 3 pasang kancing pada bagian leher depan. Apabila kancing tersebut dijumlahkan terdapat 6 buah kancing. Keenam kancing tersebut melambangkan Rukun Iman di dalam Islam. Pada bagian dada dekat perut, terdapat 3 kancing lagi yang tempatnya tertutup atau tidak terlihat dari luar (tersembunyi). 3 kancing ini melambangkan 3 nafsu pada diri manusia yang harus dikendalikan atau disembunyikan. Ketiga nafsu tersebut adalah Nafsu Bahimah (nafsu seperti pada hewan), Nafsu Lauwamah (nafsu yang berkaitan dengan makan dan minum), dan Nafsu Syaithoniah (nafsu setan). Pada lengan kanan dan kiri terdapat 5 buah kancing yang dikaitkan dengan Rukun Islam.
Itulah mengapa, Surjan tidak hanya sekadar Pakaian Adat saja namun sebenarnya Surjan merupakan Baju Takwa, pakaian religius bagi yang mengenakannya agar selalu ingat kepada Allah SWT dan bisa mengejawantahkan makna filosofis tersebut dalam setiap tutur kata dan perbuatannya. Memakai Surjan berarti menyatukan antara fisik atau badan pemakai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung pada Surjan.
Sungguh suatu hal yang sangat luar biasa yang ada pada diri orang-orang shaleh dahulu. Tidak hanya cerdas, mereka juga religius yang bahkan mereka bisa membuat sebuah pakaian yang maknanya begitu dalam dan mengikat pemakainya agar menyelaraskan sikap dan perilakunya seperti pakaian agemannya itu. Semoga Allah SWT selalu menjadi inspirasi kita dalam setiap tindakan dan pemikiran kita, sehingga negeri ini benar-benar menjadi negeri yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur. (AHK)